Buku Etika Perjalanan

كتاب آداب السفر

Bab : Keinginan mengatur perjalanan pada hari Kamis di bagian awal hari

Ka'b bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu- melaporkan

Nabi (ﷺ) berangkat pada hari Kamis untuk ekspedisi Tabuk. Dia suka berangkat dalam perjalanan pada hari Kamis. (Al-Bukhari dan Muslim)

Sakhr bin Wada'ah Al-Ghamidi -raḍiyallāhu 'anhu- melaporkan

Rasulullah SAW (ﷺ) berkata, “Ya Allah! Berkatilah umat-Ku di awal hari (pagi). Setiap kali dia mengirim detasemen atau unit tentara, dia akan mengirimkannya di awal hari (segera setelah fajar). Naratornya, Sakhr -raḍiyallāhu 'anhu- adalah seorang pedagang, dan dia biasa mengirimkan barangnya pada awal hari. Jadi perdagangannya berkembang dan dia menghasilkan nasib baik. (At-Tirmidhi dan Abu Dawud)

Bab : Keinginan melakukan Perjalanan dalam Kelompok dan menunjuk seorang Pemimpin

Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhu-

Rasulullah SAW (ﷺ) berkata, “Jika manusia mengetahui apa yang saya ketahui tentang bahaya bepergian sendirian, tidak ada pengendara yang bepergian sendirian di malam hari.” [Al-Bukhari].

Dari Amr bin Syu'aib -raḍiyallāhu 'anhu-

Rasulullah SAW bersabda, “Seorang penunggang kuda (ditemani) Setan dan dua penunggang (ditemani) dua setan. ﷺ Tiga pembalap membentuk kelompok.” (At-Tirmidhi dan Abu Dawud)

Abu Sa'id Al-Khudri dan Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- melaporkan

Rasulullah SAW (ﷺ) berkata, “Ketika tiga orang berangkat dalam perjalanan, mereka harus menunjuk salah satu dari mereka sebagai pemimpin mereka.” [Abu Dawud].

Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhu-

Nabi (ﷺ) berkata, “Jumlah sahabat terbaik adalah empat; detasemen terbaik adalah empat ratus dan pasukan terbaik adalah empat ribu; dan dua belas ribu orang tidak akan dikalahkan karena jumlahnya kecil.” (At-Tirmidhi dan Abu Dawud)

Bab : Etika Tinggal, Berkuda, Berkemah di malam hari dan tidur selama Perjalanan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan Perjalanan

Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- melaporkan

Rasulullah SAW bersabda: “Apabila kamu melakukan perjalanan melalui tanah yang hijau dan subur, berikan unta-unta hak mereka dari tanah, dan apabila kamu berjalan melalui tanah yang kering dan tandus, buatlah mereka berjalan cepat agar kekuatan mereka tidak goyah. ﷺ Ketika kamu berkemah di malam hari, jauhlah dari jalan, karena binatang buas lewat di sana dan mereka adalah tempat tinggal serangga di malam hari.” [Muslim].

Abu Qatadah -raḍiyallāhu 'anhu-

Ketika Rasulullah (ﷺ) berkemah di malam hari selama perjalanan, dia akan berbaring di sisi kanannya, dan ketika dia tinggal sedikit sebelum fajar dia akan mengangkat lengan bawahnya dan meletakkan kepalanya di telapak tangannya. [Muslim].

Anas -raḍiyallāhu 'anhu- melaporkan

Rasulullah SAW (ﷺ) berkata, “Teruslah bepergian di malam hari karena bumi terlipat (lebih mudah dilalui) pada malam hari.” [Abu Dawud].

Abu Tha'labah Al-Khushani -raḍiyallāhu 'anhu- melaporkan

Setiap kali orang-orang berkemah selama perjalanan, mereka akan menyebar di celah gunung dan lembah. (Ketika) Rasulullah (ﷺ) memperhatikan hal ini, dia berkata, “Tindakanmu berserakan di celah gunung dan lembah adalah dari Setan.” Setelah itu para sahabat tetap berdekatan setiap kali mereka berkemah. [Abu Dawud].

Sahl bin 'Amr yang dikenal sebagai Ibnu Al-Hanzaliyyah melaporkan

Rasulullah SAW (ﷺ) kebetulan melewati seekor unta yang perutnya menempel di punggungnya (karena kelaparan), kemudian dia berkata, “Bertakwalah kepada Allah atas (binatang-binatang) bisu ini. Naiklah mereka selagi mereka sehat, dan sembelihlah mereka dan makanlah dagingnya ketika mereka sehat.” [Abu Dawud].

Abu Ja'far 'Abdullah bin Ja'far -raḍiyallāhu 'anhu- melaporkan

Rasulullah (ﷺ) membuat saya naik ke belakangnya suatu hari dan menceritakan sesuatu kepada saya yang tidak akan pernah saya ungkapkan kepada siapa pun. ('Abdullah menambahkan:) Dia ((ﷺ) lebih suka menyaring dirinya dari orang lain ketika menanggapi panggilan alam, baik di balik dinding atau batang pohon kurma. [Muslim] .Al-Barqani menambahkan: Rasulullah (ﷺ) memasuki anggrek milik seorang Ansari dan melihat di sana seekor unta. Ketika melihatnya, ia mulai mengerang dan matanya meneteskan air mata. Rasulullah SAW (ﷺ) mendekatinya dan menepuk punuk dan pangkal kepalanya sampai tenang. Kemudian dia (ﷺ) bertanya, “Siapa pemilik unta ini? Kepada siapa itu?” Seorang pemuda Ansari melangkah maju dan berkata: “Itu milikku wahai Rasulullah!” Beliau berkata: “Tidakkah kamu takut kepada Allah terhadap binatang yang telah Allah tempatkan ke dalam milikmu? Unta ini mengeluh kepadaku bahwa kamu membuatnya kelaparan dan mengerjakannya.” [Abu Dawud].

Anas -raḍiyallāhu 'anhu- melaporkan

Ketika kami berkemah, kami tidak akan berdoa (sukarela) sampai kami melepaskan bejana binatang kami. [Abu Dawud].

Bab : Membantu Rekan

Abu Sa'id Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu- melaporkan

Ketika kami sedang bepergian dengan Rasulullah (ﷺ), seorang pengendara datang dan mulai menatap ke kanan dan kiri. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa memiliki gunung tambahan, harus menyerahkannya kepada orang yang tidak memiliki, dan barangsiapa memiliki rezeki yang lebih, haruslah memberikannya kepada orang yang tidak memiliki rezeki.” ﷺ Dia menamai berbagai macam harta sampai kita mulai berpikir (menyadari) bahwa tidak ada di antara kita yang berhak atas sesuatu yang berlebihan. [Muslim].

Jabir -raḍiyallāhu 'anhu-

Ketika Rasulullah (ﷺ) memutuskan untuk pergi dalam ekspedisi, dia akan berkata kepada kami, “Wahai Muhajirin dan Ansar! Di antara kamu ada orang-orang seperti itu yang tidak memiliki harta dan tidak memiliki kerabat. Biarkan setiap orang membawa bersamanya dua atau tiga orang. Tak satu pun dari kami memiliki hewan cadangan yang kami tumpangi secara bergantian.” Jadi saya membawa dua atau tiga orang dan saya menunggangi unta saya secara bergantian sama dengan mereka. [Abu Dawud].

Jabir -raḍiyallāhu 'anhu-

Rasulullah SAW (ﷺ) biasa tertinggal saat bepergian dan mendesak yang lemah untuk berjalan cepat. Dia biasa mengambil seseorang di belakangnya dan memohon untuknya. [Abu Dawud].

Bab : Permohonan pada saat berkuda

Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhu-

Setiap kali Rasulullah (ﷺ) menaiki untanya untuk memulai perjalanan, dia akan membaca: “Allahu Akbar (Allah Maha Besar),” tiga kali. Kemudian dia (ﷺ) akan memohon: “Subhanal-ladhi sakh-khara lana hadha, wa ma bisa lahu muqrinin, wa inna ila Rabbin lamunqalibun. Allahumma adalah nas'alukah untuk safari hadh al-birra wat-taqwa, wa minal-'amali dan tarda. Allahumma memiliki 'alaina safarana hadha, dengan segala sesuatu yang baik. Allahumma Antas-Sahibu fisiksafari, wal-Khalifatu filolog. Allahumma inni a'udhu bika min wa'ta'is-safari, wa kaabatil-manzari, wa su'il-munqalabi fil-mali wal-ahli wal-waladi (Jauh dari ketidaksempurnaan adalah Dia yang telah menundukkan ini kepada kami, karena kami tidak memiliki kuasa untuk menundukkannya, dan pasti kepada Rubb kami akan kembali. Ya Allah, kami memohon kepada-Mu selama perjalanan kami ini untuk kebenaran, kesalehan dan amal-amal yang berkenan kepada-Mu. Ya Allah, mudahkanlah perjalanan kami ini dan pendekkanlah jarak bagi kami. Ya Allah, Engkau adalah sahabat kami selama perjalanan dan Penjaga keluarga dan harta di saat kami tidak ada. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesulitan perjalanan, ketidakbahagiaan yang dihubungkan dengan adegan mengerikan dan perubahan buruk dalam harta dan keluarga). Ketika dia kembali, dia membacakan permohonan ini dengan menambahkan kata-kata ini: “Ayibuna, ta'ibuna, 'abiduna, li-rabbina hamidun (Kami adalah orang-orang yang kembali; mereka yang bertobat; mereka yang menyembah dan mereka yang memuji Rubb kami).” [Muslim].

Abdullah bin Sarjis -raḍiyallāhu 'anhu- melaporkan

Setiap kali Rasulullah (ﷺ) melanjutkan perjalanan, dia akan berlindung kepada Allah dari kesulitan perjalanan, dan dari penyimpangan setelah petunjuk, dan dari permohonan orang yang tertindas, dan terjadinya peristiwa yang tidak menyenangkan dalam keluarga dan harta benda. Dia akan berkata: “Allahumma inni a'udhu bika min wa'tha'is- safari, wa kaabatil-munqalabi, wal-hauri ba'dal-kauni, wa da'watil-mazlumi, wa su'il-manzari fil-ahli wal-mal.” [Muslim].

Ali bin Rabi'ah melaporkan

Di hadapan saya, seekor binatang dibawa ke 'Ali bin Abu Thalib -raḍiyallāhu 'anhu- untuk menungganginya. Ketika dia meletakkan kakinya di atas sanggurdi, dia berkata: “Bismillah (dengan nama Allah).” Ketika dia telah menetap di punggungnya dia membacakan: “Al-Hamdu lillahil-ladhi sakh-khara lana hadha, wa ma kunna lahu muqrinin, wa inna ila Rabbin lamunqalibun. (Segala puji bagi Allah yang telah menundukkan hal ini kepada kami, karena kami tidak memiliki kekuatan untuk menguasainya; dan kami akan kembali kepada Rub kami). Dia kemudian membaca tiga kali: “Alhamdu lillah (puji bagi Allah),” dan kemudian tiga kali: “Allahu Abkar (Allah Maha Besar).” Kemudian dia berkata: “Subhanaka inni zalamtu nafsi faghfir li, innahu la yaghfirudh-dhunuba illa Anta (Engkau jauh dari ketidaksempurnaan aku telah menganiaya diriku sendiri, jadi ampunilah aku, karena tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali Engkau).” Lalu dia tersenyum. Ditanya: “Mengapa kamu tersenyum, wahai Amir al-Mu'minin (Pemimpin orang-orang Mukmin)?” Dia menjawab: “Saya melihat Rasulullah (ﷺ) melakukan seperti yang telah saya lakukan. Saya (yaitu, Ali) bertanya kepadanya (Rasulullah (ﷺ)) alasan untuk tersenyum. Dia (ﷺ) berkata, “Tuhanmu, Maha Mulia, senang ketika hamba-Nya meminta ampunan-Nya. Dia (hamba) memiliki iman yang teguh bahwa tidak ada seorang pun kecuali Allah yang dapat mengampuni dosa.” (Abu Dawud dan At-Tirmidhi)