Kitab Qiyam al-Lail (Doa Malam) dan Doa Sukarela di Siang Hari
كتاب قيام الليل وتطوع النهار
Bab : Cara shalat witir dengan lima rakaat, dan perbedaan yang dilaporkan dari Al-Hakam dalam hadis tentang Witir
Nabi (صلى الله عليه وسلم) biasa shalat witir dengan lima dan dia tidak duduk kecuali di rakaat terakhir dari mereka.
Bab : Cara berdoa witr dengan tujuh
Aisyah berkata: "Ketika Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bertambah tua dan berat badannya, dia shalat tujuh rakaat dan hanya duduk di yang terakhir, dan dia shalat dua rakaat sambil duduk setelah mengucapkan taslim, dan itu sembilan, wahai anakku! Dan ketika Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) berdoa apa pun, dia suka bersikeras melakukannya."
"Ayahku meriwayatkan kepadaku, dari Qatadah, dari Zurarah bin Awfa, dari Sa'd bin Hisyam, bahwa Aisyah berkata: 'Ketika Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) shalat witir dengan sembilan rakaat, dia tidak duduk sampai rakaat kedelapan. Kemudian dia akan memuji Allah (SWT) dan mengingat-Nya dan berdoa, kemudian dia akan bangun dan dia tidak akan mengucapkan taslim, kemudian dia shalat kesembilan, kemudian dia duduk dan mengingat Allah (SWT) dan berdoa. Kemudian dia mengucapkan taslim yang bisa kami dengar. Kemudian dia shalat dua rakaat sambil duduk. Ketika dia bertambah tua dan lemah, dia shalat witir dengan tujuh rakaat dan tidak duduk sampai hari keenam. Kemudian dia bangun dan tidak mengucapkan taslim, dan shalat ketujuh, lalu dia mengucapkan taslim, lalu dia shalat dua rakaat sambil duduk.'"
Bab : Cara shalat witir dengan sembilan rakaat
"Kami biasa menyiapkan siwak dan air untuk wudu untuk Rasulullah (صلى الله عليه وسلم). Allah (SWT) akan membangunkannya ketika Dia menghendaki membangunkannya pada malam hari, kemudian dia akan membersihkan giginya dan berwudu, dan shalat sembilan rakaat, tidak duduk sampai tanggal delapan, ketika dia akan memuji Allah (SWT) dan memberikatkan keberkatan kepada Nabi-Nya dan berdoa di antara mereka, tetapi dia tidak mengucapkan taslim. Kemudian dia shalat kesembilan dan duduk, dan mengatakan hal serupa, memuji Allah (SWT) dan memberikatkan keberkatan kepada Nabi-Nya (صلى الله عليه وسلم), lalu dia mengucapkan taslim yang bisa kita dengar, lalu dia shalat dua rakaat sambil duduk."
"Ketika Sa'd bin Hisyam bin Amir datang mengunjungi kami, dia memberi tahu kami bahwa dia datang kepada Ibnu Abbas dan bertanya kepadanya tentang witir Rasulullah (صلى الله عليه وسلم). Dia berkata: 'Tidakkah aku akan memberitahukan kepadamu tentang orang yang paling berpengetahuan di Bumi tentang witr Rasulullah (صلى الله عليه وسلم)?' Saya berkata: 'Siapa?' Dia berkata: 'Aisyah.' Jadi kami pergi kepadanya dan menyapanya dengan Salam dan masuk dan bertanya padanya. Aku berkata: 'Ceritakan kepadaku tentang witir Rasulullah (صلى الله عليه وسلم).' Dia berkata: 'Kami biasa menyiapkan untuknya siwak dan air untuk wudu, kemudian Allah (SWT) akan membangunkannya ketika Dia menghendaki membangunkannya di malam hari. Dia akan membersihkan giginya dan melakukan wudu, kemudian dia akan shalat sembilan rakaat, di mana dia tidak akan duduk sampai hari kedelapan. Kemudian dia akan memuji Allah (SWT) dan mengingat-Nya dan berdoa, kemudian dia akan bangun dan tidak mengucapkan taslim. Kemudian dia akan shalat kesembilan, kemudian duduk dan memuji Allah (SWT) dan mengingat-Nya dan berdoa, kemudian dia akan mengucapkan taslim yang bisa kita dengar. Kemudian dia shalat dua rakaat sambil duduk, dan itu adalah sebelas rakaat, wahai anakku. Ketika Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bertambah tua dan berat badannya, dia shalat witir dengan tujuh, kemudian dia shalat dua rakaat duduk setelah mengucapkan taslim, dan itu sembilan, wahai anakku. Dan ketika Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) berdoa, dia suka bersikeras untuk mempersembahkannya.'"
"Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) biasa shalat witir dengan sembilan rakaat, kemudian dia akan shalat dua rakaat sambil duduk. Ketika dia semakin lemah dia shalat witir dengan tujuh rakaat, kemudian dia shalat dua rakaat sambil duduk."
Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) biasa shalat witir dengan sembilan dan shalat dua rakaat duduk.
Bahwa dia datang kepada Bunda Aisyah yang beriman dan bertanya kepadanya tentang doa-doa Rasulullah (صلى الله عليه وسلم). Dia berkata: "Dia biasa shalat delapan rakaat di malam hari dan shalat witr dengan hari kesembilan, kemudian dia akan shalat dua rakaat sambil duduk."
"Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) biasa shalat sembilan rakaat di malam hari."
Bab : Cara shalat witr dengan sebelas rakaat
Nabi (صلى الله عليه وسلم) biasa shalat sebelas rakaat pada malam hari, yang salah satunya adalah witr, kemudian dia akan berbaring miring di sisi kanannya.
Bab : Witir dengan tiga belas rakaat
"Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) biasa shalat witir dengan tiga belas rakaat, tetapi ketika dia bertambah tua dan lemah dia shalat witir dengan sembilan."
Bab : Bacaan dalam witr
Abu Musa berada di antara Makkah dan Al-Madinah. Dia shalat Isya dengan dua rakaat, kemudian dia berdiri dan shalat satu rakaat witir di mana dia membaca seratus ayat dari An-Nisa'. Kemudian dia berkata: "Aku berusaha sekuat tenaga untuk meletakkan kakiku di tempat Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) meletakkannya, dan untuk membaca apa yang dibacakan oleh Rasulullah (صلى الله عليه وسلم)."
Bab : Kasus lain dari pembacaan dalam witr
Ubayy bin Ka'b berkata: "Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) biasa membaca dalam Witir: "Muliakanlah Nama Tuhanmu, Yang Maha Tinggi;" dan "Katakanlah: Wahai orang-orang!;' dan 'Katakanlah: Dialah Allah, (Yang Maha Esa).' Dan ketika dia mengucapkan salam, dia akan berkata: Subhanal-Malikil-Quddus (Kemuliaan bagi Yang Berdaulat, Yang Maha Kudus) tiga kali."
Ubayy bin Ka'b berkata: "Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) biasa membaca dalam Witir: "Muliakanlah Nama Tuhanmu, Yang Maha Tinggi;" dan "Katakanlah: Wahai orang-orang!;' dan 'Katakanlah: Dia adalah Allah, (itu) Yang Maha Esa.'"
Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) biasa membaca dalam Witir: "Muliakanlah Nama Tuhanmu, Yang Maha Tinggi;" dan "Katakanlah: Wahai orang-orang!;' dan 'Katakanlah: Dia adalah Allah, (Yang Maha Esa).'"
Bab : Menyebutkan perbedaan yang dilaporkan dari Shu'bah tentang laporan itu
"Shu'bah diriwayatkan kepada kami, dari Salamah dan Zubaid, dari Dharr, dari Ibnu Abdur-Rahman bin Abza dari ayahnya yang biasa dibacakan oleh Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) dalam Witir: "Muliakanlah Nama Tuhanmu, Yang Maha Tinggi;" dan "Katakanlah: Wahai orang-orang!;' dan 'Katakanlah: Dia adalah Allah, (itu) Yang Maha Esa.' Dan ketika dia mengucapkan taslim, dia akan berkata: Subhanal-Malikil-Quddus (Kemuliaan bagi Yang Berdaulat, Yang Mahakudus) tiga kali, meninggikan suaranya untuk ketiga kalinya."
"Shu'bah meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Salamah dan Zubaid memberitahukan kepadaku, dari Dharr, dari Ibnu 'Abdur-Rahman bn Abza dari Abdur-Rahman, bahwa Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) biasa membaca dalam Witir: "Muliakanlah Nama Tuhanmu, Yang Maha Tinggi;" dan "Katakanlah: Wahai orang-orang!;' dan 'Katakanlah: Dia adalah Allah, (Yang Maha Esa).' Dan ketika dia mengucapkan taslim, dia akan berkata: Subhanal-Malikil-Quddus (Kemuliaan bagi Yang Berdaulat, Yang Mahakudus) tiga kali, meninggikan suaranya dengan Subhanal-Malikil-Quddus untuk ketiga kalinya."
"Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) biasa membaca dalam witr: Muliakanlah Nama Tuhanmu, Yang Maha Tinggi;" dan "Katakanlah: Wahai orang-orang!;' dan 'Katakanlah: Dia adalah Allah, (itu) Yang Maha Esa.' Dan ketika dia mengucapkan taslim, dia akan berkata: Subhanal-Malikil-Quddus (Kemuliaan bagi Yang Berdaulat, Yang Mahakudus) tiga kali, memanjangkan kata-katanya untuk ketiga kalinya."
"Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) biasa membaca dengan witr: Muliakanlah Nama Tuhanmu, Yang Maha Tinggi;" dan "Katakanlah: Wahai orang-orang!;' dan 'Katakanlah: Dia adalah Allah, (itu) Yang Maha Esa.'"
"Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) biasa membaca dalam witr: Muliakanlah Nama Tuhanmu, Yang Maha Tinggi;" dan "Katakanlah: Wahai orang-orang!;' dan 'Katakanlah: Dia adalah Allah, (itu) Yang Maha Esa.' Dan setelah dia selesai berdoa, dia berkata: Subhanal-Malikil-Quddus (Kemuliaan bagi Yang Berdaulat, Yang Mahakudus) tiga kali."