Pernikahan, Pernikahan (Nikaah)
كتاب النكاح
Bab : Membangkitkan keinginan untuk menikah
Suatu kelompok yang terdiri dari tiga orang laki-laki mendatangi rumah-rumah istri-istri Nabi ( ﷺ ) dan bertanya bagaimana Nabi ( ﷺ ) beribadah (kepada Allah), dan ketika mereka diberi tahu tentang hal itu, mereka menganggap ibadah mereka belum cukup dan berkata, "Dari mana kita berasal, wahai Nabi ( ﷺ ) karena dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang telah diampuni." Kemudian salah seorang dari mereka berkata, "Aku akan salat sepanjang malam untuk selama-lamanya." Yang lain berkata, "Aku akan berpuasa sepanjang tahun dan tidak akan berbuka." Yang ketiga berkata, "Aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah untuk selama-lamanya." Rasulullah ( ﷺ ) mendatangi mereka dan berkata, "Apakah kalian orang-orang yang mengatakan hal itu? Demi Allah, aku lebih tunduk kepada Allah dan lebih takut kepada-Nya daripada kalian; namun aku berpuasa dan berbuka, aku tidur dan aku juga menikahi wanita. Jadi dia yang tidak mengikuti tradisiku dalam agama, bukan dariku (bukan salah satu pengikutku).
Bahwa ia bertanya kepada Aisyah tentang firman Allah: "Jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap gadis-gadis yatim, maka nikahilah wanita-wanita pilihanmu, dua, tiga, atau empat; dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil (kepada mereka), maka satu saja, atau (tawanan-tawanan) yang menjadi milik budak-budakmu. Itu lebih dekat untuk mencegahmu dari berlaku tidak adil." (4.3) Aisyah berkata, "Hai keponakanku! (Ayat ini diturunkan sehubungan dengan) seorang gadis yatim yang berada di bawah perwalian walinya yang tertarik dengan kekayaan dan kecantikannya dan bermaksud menikahinya dengan mahar yang lebih rendah dari yang pantas diterima wanita-wanita lain sederajatnya. Jadi mereka (wali-wali tersebut) telah dilarang menikahi mereka kecuali mereka berlaku adil kepada mereka dan memberi mereka mahar penuh, dan mereka diperintahkan untuk menikahi wanita-wanita lain sebagai pengganti mereka."
Bab : "Barangsiapa mampu menikah, hendaklah ia menikah..."
Ketika aku bersama Abdullah, Utsman menemuinya di Mina dan berkata, "Wahai Abu Abdurrahman! Ada yang ingin kukatakan kepadamu." Maka keduanya pun pergi ke samping dan Utsman berkata, "Wahai Abu Abdurrahman! Maukah kamu kami menikahkanmu dengan seorang perawan yang akan membuatmu mengingat masa lalumu?" Ketika Abdullah merasa bahwa ia tidak membutuhkannya, ia memberi isyarat kepadaku (untuk bergabung dengannya) seraya berkata, "Wahai Alqama!" Kemudian aku mendengarnya berkata (menjawab Utsman), "Sebagaimana yang telah kalian katakan, (aku katakan kepada kalian bahwa) Nabi ( ﷺ ) pernah berkata kepada kami, 'Wahai anak muda! Barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, hendaklah ia menikah, dan barangsiapa yang belum mampu menikah, dianjurkan untuk berpuasa, karena puasa dapat melemahkan kemampuan seksualnya.
Bab : Barang siapa yang belum mampu menikah, maka dianjurkan untuk berpuasa.
Kami bersama Nabi ( ﷺ ) ketika kami masih muda dan tidak memiliki harta. Maka Rasulullah ( ﷺ ) bersabda, "Hai anak muda! Barangsiapa di antara kalian yang sudah mampu menikah, maka hendaklah menikah, karena menikah dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluannya (yaitu auratnya dari melakukan hubungan seksual yang tidak sah, dsb.), dan barangsiapa yang belum mampu menikah, maka hendaklah berpuasa, karena puasa dapat melemahkan daya seksualnya."
Bab : Tentang (menikahi) beberapa wanita
Kami hadir bersama Ibnu Abbas dalam prosesi pemakaman Maimuna di sebuah tempat bernama Sarif. Ibnu Abbas berkata, "Ini adalah istri Nabi ( ﷺ ) jadi ketika kalian mengangkat tandunya, jangan terlalu banyak menghentakkannya atau menggoyangkannya, tetapi berjalanlah dengan lembut karena Nabi ( ﷺ ) memiliki sembilan istri dan beliau biasa melakukan pergantian malam dengan delapan dari mereka, dan bagi salah satu dari mereka tidak ada pergantian malam."
Nabi ( ﷺ ) biasa menggauli semua istrinya dalam satu malam, padahal beliau memiliki sembilan orang istri.
Ibnu Abbas bertanya kepadaku, "Apakah kamu sudah menikah?" Aku menjawab, "Belum." Ia berkata, "Menikahlah, karena orang terbaik di umat ini (yaitu Muhammad) di antara semua Muslim, adalah yang paling banyak istrinya."
Bab : Barangsiapa yang berhijrah dengan tujuan menikahi seorang wanita,
Rasulullah ( ﷺ ) bersabda, “Sesungguhnya pahala (amal) itu tergantung niatnya, dan setiap orang mendapat pahala sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu untuk Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia atau untuk menikahi wanita, maka hijrahnya itu untuk apa yang menjadi tujuan hijrahnya.” (1)
Bab : Pernikahan dengan orang miskin
Kami dulu berperang di medan perang bersama Nabi ( ﷺ ) dan kami tidak memiliki istri. Maka kami bertanya, "Wahai Rasulullah ( ﷺ )! Apakah kami harus dikebiri?" Nabi ( ﷺ ) melarang kami melakukannya.
Bab : Ucapan seseorang kepada saudaranya (dalam Islam)
`Abdur-Rahman bin `Auf datang (dari Mekkah ke Madinah) dan Nabi ( ﷺ ) mengikat tali persaudaraan antara dirinya dan Sa`d bin Ar-Rabi` Al-Ansari. Al-Ansari memiliki dua orang istri, maka ia mengusulkan agar `Abdur-Rahman mengambil separuh dari istri-istrinya dan harta bendanya. `Abdur-Rahman menjawab, "Semoga Allah memberkahimu dengan istri-istrimu dan harta bendamu. Mohon tunjukkan kepadaku pasarnya." Maka `Abdur-Rahman pergi ke pasar dan memperoleh (dengan tawar-menawar) beberapa yoghurt kering dan beberapa mentega. Setelah beberapa hari, Nabi ( ﷺ ) melihat `Abdur-Rahman dengan beberapa noda kuning di pakaiannya dan bertanya kepadanya, "Apa itu, wahai `Abdur-Rahman?" Ia menjawab, "Aku telah menikahi seorang wanita Ansari." Nabi ( ﷺ ) bertanya, "Berapa mahar yang kau berikan kepadanya?" Ia menjawab, "Seberat satu batu (kurma) emas." Nabi ( ﷺ ) bersabda, “Sediakanlah jamuan makan, meskipun hanya dengan seekor kambing.”
Bab : Apa yang tidak disukai dari tidak menikah dan dikebiri?
Rasulullah ( ﷺ ) melarang Utsman bin Maz'un menjauhi pernikahan (dan kenikmatan lainnya). Kalau dia mengizinkannya, niscaya kami akan dikebiri.
Nabi ( ﷺ ) melarang Utsman bin Mazun dari hal tersebut (tidak menikah). Kalau beliau mengizinkannya, niscaya kami akan dikebiri.
Kami dulu ikut serta dalam peperangan suci yang dipimpin oleh Rasulullah ( ﷺ ) dan kami tidak memiliki apa pun (istri) bersama kami. Maka kami berkata, "Haruskah kami mengebiri diri kami sendiri?" Beliau melarang kami melakukan itu dan kemudian mengizinkan kami menikahi wanita dengan akad sementara (2) dan membacakan kepada kami: -- 'Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengharamkan apa yang baik-baik yang telah Allah halalkan bagimu, dan janganlah kamu melampaui batas.' (5.87)
Aku berkata, "Wahai Rasulullah ( ﷺ )! Aku masih muda dan aku takut melakukan hubungan seksual yang tidak sah dan aku tidak mampu untuk menikah." Beliau tetap diam, lalu mengulangi pertanyaanku sekali lagi, tetapi beliau tetap diam. Aku mengatakan hal yang sama (untuk ketiga kalinya) dan beliau tetap diam. Kemudian mengulangi pertanyaanku (untuk keempat kalinya), dan baru kemudian Nabi berkata, "Wahai Abu Huraira! Pena telah kering setelah menulis apa yang akan kau hadapi. Jadi (tidak masalah apakah kau) mengebiri dirimu sendiri atau tidak."
Bab : Untuk menikahi perawan
Aku berkata, "Wahai Rasulullah ( ﷺ )! Andaikan engkau mendarat di sebuah lembah yang di sana ada pohon yang telah dimakan buahnya, lalu engkau menemukan pohon yang belum dimakan buahnya, dari pohon manakah engkau akan membiarkan untamu merumput?" Beliau berkata, "(Aku akan membiarkan untaku merumput) dari pohon yang belum dimakan buahnya." (Narator lainnya menambahkan: `Maksud Aisyah adalah bahwa Rasulullah ( ﷺ ) tidak menikahi seorang perawan selain dirinya.)
Rasulullah ( ﷺ ) bersabda (kepadaku), "Aku telah melihatmu dua kali dalam mimpiku. Seorang laki-laki menggendongmu dengan kain sutra dan berkata kepadaku, 'Ini istrimu.' Aku pun membuka kain itu, dan ternyata itu adalah dirimu. Aku berkata dalam hatiku, 'Jika mimpi ini dari Allah, Dia akan mewujudkannya.'"
Bab : Pernikahan ibu-ibu rumah tangga
Ketika kami kembali dari Ghazwa (Perang Suci) bersama Nabi, aku mulai memacu untaku dengan cepat, karena unta itu pemalas. Seorang penunggang kuda datang dari belakangku dan menusuk untaku dengan tombak yang dibawanya, lalu untaku berlari secepat unta terbaik yang mungkin kau lihat. Lihatlah! Penunggang kuda itu adalah Nabi ( ﷺ ) sendiri. Beliau berkata, 'Apa yang membuatmu terburu-buru?" Aku menjawab, Aku baru saja menikah." Beliau berkata, "Apakah kau menikahi seorang perawan atau seorang janda?" Aku menjawab, "Seorang janda." Beliau berkata, "Mengapa kau tidak menikahi seorang gadis muda sehingga kau dapat bermain dengannya dan dia bermain denganmu?" Ketika kami hendak memasuki (Madinah), Nabi ( ﷺ ) berkata, "Tunggulah sehingga kalian dapat memasuki (Madinah) pada malam hari sehingga wanita yang rambutnya tidak terawat dapat menyisir rambutnya dan wanita yang suaminya telah pergi dapat mencukur daerah kemaluannya.
Ketika aku menikah, Rasulullah ( ﷺ ) bersabda kepadaku, "Wanita seperti apa yang telah kau nikahi?" Aku menjawab, "Aku telah menikahi seorang janda." Beliau bersabda, "Mengapa engkau tidak menyukai para perawan dan tidak suka meraba-rabanya?" Jabir juga berkata: Rasulullah ( ﷺ ) bersabda, "Mengapa engkau tidak menikahi seorang gadis muda sehingga engkau dapat bermain-main dengannya dan dia dapat bermain-main denganmu?"
Bab : Pernikahan seorang wanita muda dengan seorang pria tua
Nabi ( ﷺ ) melamar Abu Bakar untuk menikahi Aisyah. Abu Bakar berkata, "Aku ini saudaramu." Nabi ( ﷺ ) berkata, "Kamu adalah saudaraku dalam agama Allah dan Kitab-Nya, tetapi dia (Aisyah) halal bagiku untuk dinikahi."