Doa

كتاب الصلاة

Bab : The Witr - Bagian 2

Abu Ayyub melaporkan Rasulullah berkata, “Witir adalah kewajiban bagi setiap Muslim, jadi jika seseorang ingin melaksanakannya dengan lima raka'as, maka siapa yang ingin melaksanakannya dengan tiga raka'at boleh melakukannya; dan jika ada yang ingin mengamatinya dengan satu raka'at, ia boleh melakukannya.” Abu Dawud, Nasa'i dan Ibnu Majah mengirimkannya.

'Ali melaporkan Rasulullah berkata, “Allah itu lajang (witir) dan mencintai apa yang lajang, maka perhatikanlah witir, kamu yang mengikuti Al-Qur'an.” Tirmidhi, Abu Dawud dan Nasa'i mengirimkannya.

Kharijah b. Hudhafa menceritakan tentang Rasulullah yang datang kepada mereka dan berkata, “Allah telah memberikan kepadamu doa tambahan yang lebih baik bagimu daripada unta betina, * witir, yang Allah telah menetapkan untukmu antara shalat malam dan fajar.” * Secara harfiah “unta merah”. Ini dianggap sebagai kualitas terbaik.Tirmidhi dan Abu Dawud mengirimkannya.

Zaid b. Aslam melaporkan Rasulullah berkata, “Jika ada di antara kamu yang tertidur dan kehilangan wataknya, hendaklah dia mengamatinya di pagi hari.” Tirmidhi menularkannya dalam bentuk mursal.

'Abd al-'Aziz b. Juraij berkata dia bertanya kepada 'Aisyah apa ayat Qur'an yang digunakan Rasulullah saat mengamati witr dan dia menjawab

Dalam raka'at pertama ia membacakan, “Muliakanlah nama Tuhanmu yang Mahatinggi,” 1 di rakat kedua, “Katakanlah, hai orang-orang kafir,” 2 dan di rakat ketiga, “Katakanlah: Dia adalah Allah Yang Satu,” 3 dan Al-Mu'awwidhatan.4 1. Al-Qur'an; 87 2. Al-Qur'an; 109 3. Al-Qur'an; 112 4. Al-Qur'an; 113-114 Tirmidhi dan Abu Dawud mengirimkannya. Nasa'i menularkannya dari 'Abd ar-Rahman b. Abza, Ahmad dari Ubayy b. Ka'b, dan Darimi dari Ibnu 'Abbas, tetapi dua yang terakhir tidak menyebutkan al-Mu'awwidhatan.

Al-Hasan b. Ali berkata

Rasulullah mengajariku beberapa kata yang harus diucapkan ketika berdiri dalam doa selama witir. Mereka berkata: “Ya Allah, tunjukkanlah aku di antara orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk, berikanlah aku keamanan di antara orang-orang yang telah Engkau berikan keselamatan, bawalah aku ke dalam tanggung jawab-Mu di antara orang-orang yang Engkau perintahkan, berkatilah aku dengan apa yang telah Engkau berikan, dan jagalah aku dari kejahatan apa yang telah Engkau putuskan, sesungguhnya Engkau putuskan dan tidak ada yang ditetapkan bagi-Mu. Barangsiapa yang Engkau bersahabat, ia tidak akan merendahkan diri. Diberkati dan mulia Engkau, ya Tuhan kami.” Tirmidhi, Abu Dawud, Nasa'i, Ibnu Majah dan Darimi mengirimkannya.

Ubayy b. Ka'b berkata bahwa ketika Rasulullah memberi salam di witr dia berkata, “Kemuliaan bagi Raja yang Mahakudus.” Abu Dawud dan Nasa'i mengirimkannya, Nasa'i menambahkan bahwa dia mengatakannya tiga kali, memperpanjang kata-kata. Dalam versi Nasa'i dari 'Abd ar-Rahman b. Abza dari ayahnya, dia mengatakan bahwa dia biasa mengatakan tiga kali ketika dia mengucapkan salam itu, “Kemuliaan bagi Raja yang Mahakudus”, meninggikan suaranya ketika mengucapkan salam itu untuk ketiga kalinya.

Ali berkata bahwa Rasulullah berkata pada akhir janjinya, “Ya Allah, aku berlindung kepada kenikmatan Engkau dari amarah-Mu dan ampunan-Mu dari siksa-Mu, dan aku berlindung kepada rahmat-Mu dari amarah-Mu. “Aku tidak dapat memperhitungkan pujian kepada-Mu. Engkau sama seperti Engkau telah memuliakan diri-Mu sendiri.” * Secara harfiah di dalam Engkau dari Te'.'Abu Dawud, Tirmidhi, Nasa'i, dan Ibnu Majah mengirimkannya.

Bab : The Witr - Bagian 3

Ibnu Abbas, ketika ditanya apakah dia menyetujui Panglima Beriman, Mu'awiyah, hanya menggunakan satu rak'a dalam witir, menjawab, “Dia benar, dia fasih dalam hukum.” Dalam sebuah versi Ibnu Abu Mulaika mengatakan bahwa Mu'awiyah melakukan witr setelah sholat malam dengan satu rak'u ketika seorang klien Ibnu 'Abbas bersamanya. Dia pergi kepada Ibnu 'Abbas dan memberitahunya, tetapi dia menjawab, “Tinggalkan dia sendiri, karena dia adalah teman Nabi.” Bukhari mengirimkannya.

Buraida berkata bahwa dia mendengar Rasulullah berkata, “Witar adalah kewajiban, maka siapa yang tidak melaksanakannya bukan milik kita; witir adalah kewajiban, jadi siapa yang tidak melaksanakannya bukan milik kita; witr adalah kewajiban, jadi siapa yang tidak mengamatinya bukan milik kita; witir adalah kewajiban, jadi siapa yang tidak mengamatinya bukan milik kita.” Abu Dawud menuliskannya.

Abu Sa'id melaporkan Rasulullah berkata, “Jika seseorang terlalu tidur dan kehilangan witir, atau melupakannya, dia harus shalat ketika dia ingat dan ketika dia bangun.” Tirmidhi, Abu Dawud dan Ibnu Majah mengirimkannya.

Malik berkata bahwa dia mendengar bahwa seorang pria bertanya kepada Ibnu 'Umar apakah witr itu wajib, dan 'Abdallah berkata, “Utusan Allah mengamati witir dan umat Islam mengamati witr.” Pria itu terus mengulangi pertanyaannya dan 'Abdallah terus berkata, “Utusan Allah mengamati witr dan umat Islam mengamati witr.” Dia menuliskannya dalam al-Muwatta.

Ali mengatakan bahwa Rasulullah biasa shalat tiga raka'at ketika melaksanakan witir, melafalkan sembilan surat dari Al-Mufassal, tiga dalam setiap raka'at, yang terakhir adalah “Katakanlah, Dia adalah Tuhan Yang Satu” (Al-Qur'an; 112). Tirmidhi mengirimkannya.

Nafi' berkata, “Aku bersama Ibnu Umar di Mekah ketika langit mendung dan dia takut pagi akan datang, jadi dia mengamati witir dengan satu rak'a. Kemudian langit cerah dan dia melihat bahwa hari masih malam, maka dia menjadikannya sepasang dengan shalat satu raka'at; kemudian dia shalat dua raka'at, dan ketika dia takut pagi sudah dekat, dia mengamati witir dengan satu raka'at. Malik menularkannya.

'Aisyah berkata bahwa Rasulullah biasa shalat sambil duduk, dan akan membaca Al-Qur'an sambil duduk; kemudian ketika sekitar tiga puluh atau empat puluh ayat dari bacaannya tersisa, dia berdiri dan membacakan sambil berdiri. Kemudian dia membungkuk, lalu dia bersujud, dan setelah itu dia melakukan hal yang sama dalam raka'at kedua. Muslim menularkannya.

Umm Salama mengatakan Nabi biasa shalat dua raka'at setelah witr. Tirmidhi menyebarkannya, dan Ibnu Majah menambahkan bahwa mereka pendek yang dia shalat sambil duduk.

'Aisyah berkata bahwa Rasulullah biasa melaksanakan witir dengan satu raka'at, kemudian dia melakukan dua raka'at membaca Al-Qur'an di tengah mereka duduk. Ketika dia ingin membungkuk, dia berdiri dan membungkuk. Ibnu Majah mengirimkannya.

Thawban melaporkan Rasulullah SAW berkata, “Kewaspadaan ini adalah kerja keras dan beban, maka apabila salah seorang dari kalian melakukan witir, maka hendaklah ia shalat dua raka'at. Jika dia bangun di malam hari, baik dan baik; jika tidak mereka akan melayani untuknya.” Tirmidhi mengirimkannya.

Abu Umama mengatakan Nabi biasa shalat mereka berdua setelah witir duduk, dan membacakan dalam perjalanan mereka, “Ketika bumi terguncang”, 1 dan “Katakanlah, wahai orang-orang kafir.” 2 Al-Qur'an; 99al-Qur'an; 109Ahmad menuliskannya.

Bab : Permohonan Rendah Hati - Bagian 1

Abu Huraira berkata bahwa ketika Rasulullah ingin memanggil kutukan atau berkah kepada seseorang, dia berdiri dalam doa setelah membungkuk, dan ketika dia berkata, “Tuhan mendengarkan orang yang memuji Dia,” dia sering berkata, “Pujilah Engkau, Tuhan kami! Ya Tuhan, selamatkanlah al-Walid b. al-Walid, Salama b. Hisham dan 'Ayyash b. Abu Rabi'a.1 Ya Tuhan, injaklah Mudar dengan keras dan buat mereka kelaparan seperti Yusuf,” 2 mengatakan itu dengan suara nyaring. Dan dia kadang-kadang berkata dalam perjalanan doanya, “Ya Tuhan, kutuklah begitu dan begitu dan begini suku-suku Arab,” sampai Allah menyatakan, “Engkau tidak ada hubungannya dengan masalah ini.” 3 1. Mereka adalah orang-orang yang dianiaya karena iman mereka dan ditahan. 2. Kelaparan pada zaman Yusuf berlangsung selama tujuh tahun. 3. Al-Qur'an; 3:128. (Bukhari dan Muslim.)